Senin, 22 September 2008

STREET SCAPE & PEDESTRIAN

PEDESTRIAN

Dalam suatu kuliah, saya sering mengisahkan ilustrasi mengenai pejalan kaki di sekitar jembatan merah. Mahasiswaku seringkali tergelak pada akhir cerita, yang seringkali masih terngiang gelak tawa mereka dalam lamunanku dalam bus IPB yang sering membawaku pulang ke Bogor dalam keletihanku.....karena kisah yang dianggap lucu tersebut sesungguhnya menunjukkan potret keprihatinan yan sangat mendalam terhadap kondisi streetscape dan pedestrian di negri kita tercinta.

Bayangkan, saya kembali teringat kalimat-kalimat kritis konstruktif yang sering dilontarkan anak-anakku ketika melihat ketidak nyamanan, atau ketidak harmonisan dalam penataan urban landscape, khususnya pedestrian di Jabotabek. Mereka sering bertanya “mahasiswa bunda yang lulus dari landscape pada ngapain aja sih bun? Koq kota-kota di Indonesia masih amburadul?”....

Pertanyaan itu wajar muncul, ketika misalnya suatu hari anakkuku, yang saya ajak beli kue di toko kue langganan kami di jembatan merah. Dari lokasi parkir mobil menuju toko kue, maka kita akan mengalami keadaan yang sering saya kisahkan dalam kuliah saya tersebut diatas, yakni: “Konsep pedestrian yang maju kena mundur kena”, mengapa demikian? Yah karena dalam perjalanan yang hanya beberapa meter tersebut, kita akan sangat merasakan ketidak nyamanan, karena jika kita terlalu kekiri, maka, kita akan kesenggol mamang-mamang jualan jeruk dan lengkeng. Jika kita berjalan agak kekanan, maka kita akan kesenggol becak, bahkan keserempet angkot.

Kisah nyata sering saya bumbui dengan ilustrasi, “lalu kalau kita jalan pelan-pelan, kita akan di maki2 orang, disuruh cepat2 oleh orang yang sedang memikul dagangannya, sementara kalau kita jalan kecepetan maka kita disangka ketakutan dan akan menjadi incaran copet yang senantiasa mengintai”

Walhasil, lengkap sudah penderitaan pejalan kaki di kota Bogor tercinta, sudahlah tidak nyaman dalam melakukan jalan kaki, maka pejalan kaki pun tidak memiliki “secure” atau rasa aman dalam melangkahkan kakinya tersebut.

Kondisi diatas sangat berbeda dengan beberapa pedestrian yang sempat saya amati. Kota-kota yang sehat, akan memiliki kawasan pedestrian yang sangat tertata dengan baik dan indah. Kesadaran akan pentingnya jalan kaki bagi kesehatan, sangat ditunjang dengan kanopi pohon yang sangat masif yang memisahkan jalan bagi kendaraan dan bagi pejalan kaki. Sehingga pohon-pohon tersebut terdapat dalam beberapa lapis dalam streetscapenya. Lapisan pertama yakni deretan pohon yang membatasi deretan rumah dengan pedestrian, dilanjutkan dengan lapisan kedua yang membatasi pedestrian dengan jalur mobil arah utara. Lapisan ketiga yakni median jalan, dilanjutkan dengan lapisan ke empat yang memisahkan jalur mobil arah selatan dengan pedestrian dan lapis terakhir, yang ke lima yakni deretan pohon yang memisahkan pedestrian dengan deretan perumahan.

Lima lapis pohon tersebut, tentunya tidak memberikan kesempatan bagi polusi yang dikeluarkan kendaraan untuk terbang bebas ria menuju jalur pernafasan penduduk kota itu, karena telah tereduksi dengan optimal oleh konsep streetsacape yang sangat baik. Dalam titianku menikmati pedestrian Oldenburg, seringkali pikiranku melayang, kapankah gerangan saya akan menikmati suasana yang begini nyaman di negriku tercinta?

Tidak ada komentar: