Senin, 22 September 2008

SANTI

2 minggu sudah kulalui hari-hariku di negeri yang harus kutempuh selama lebih dari 20 jam, untuk menuntut ilmu bagaimana mengelola sebuah perguruan tinggi, dimana memiliki manajemen yang cukup khas dan berbeda dibandingkan dengan pengelolaan sebuah perusahaan swasta atau industri. Syukurku tak habis kulafadhkan ke Hadiratmu Illahi Rabbi, yang telah memberiku kesempatan ini. Karena pembelajaran yang aku dapatkan tidak hanya dari bangku2 kuliah dalam “University Leaders Course” di Univ Oldenburg ini, melainkan juga dari tadabur alam yang kudapatkan untuk lebih memperdalam pemahamanku mengenai arti sesungguhnya sebuah kawasan “Urban Landscape”, sebuah cabang ilmu landscape yang senantiasa kucoba untuk aku dalami dan pahami.

Pembelajaran tentang peran seorang istri dan ibu yang baik pun, aku dapatkan dalam perjalanan hidupku yang sesungguhnya sedang aku jalani sendiri selama sebulan ini, yang harus memisahkan aku dari dekapan suami dan anak-anakku tersayang. Kesempatan mengunjungi seorang sahabat lama di Amsterdam, memberikan perenungan panjang tanpa habis bagiku. Seorang sahabat yang sedang berada dalam puncak kejayaan karier suaminya sebagai direktur utama sebuah anak perusahaan BI, rela melalui hari-harinya untuk menikmati peran sbg istri dan ibu. Sebagai seorang sarjana yang saya kenal cukup smart, ia rela melalui hari-hari melakukan pekerjaan yang biasanya banyak aku limpahkan pada mbak Mar, seseorang yang sangat berjasa padaku dan keluargaku dalam lima tahun terakhir ini. Tanpa kehadiran mami yang senantiasa memberikan kasih sayang yang tak putus bagi anak2ku dan kehadiran seorang mbak Mar dalam hidupku, tak mungkin aku tega meninggalkan anak-anakku hanya dengan suamiku dan melalui hari-hariku di Oldenburg ini....

Dengan posisinya yang serba berkecukupan dan berkelebihan, ia mungkin dapat membawa berpuluh-puluh mbak Mar ke Amsterdam untuk membantu mengelola rumahnya yang berlantai 3 ini, bahkan berlantai 4 jika kita menghitung dari ruang cuci baju di bawah tanah. Ukuran rumah yang cukup langka bagi penduduk Amsterdam, karena biasanya penduduk terbiasa hidup dalam Apartemen, ternyata tidak menyurutkan niatnya untuk mengikuti jejak ibu-ibu Belanda yang menikmati peran memberikan kasih sayang pada suami dan anak-anak melalui belaian tangan lembutnya dalam mengelola rumah dan melayani suami & anak2nya.

Kisah kebahagiaan ibu-ibu Londo yang mempunyai budaya memberikan penganan istimewa pada setiap hari Minggu pada suami dan anak, (krn pd hari minggu seluruh toko, apartemen dan restaurant di Eropa tutup agar setiap keluarga punya waktu luang utk menikmati kebersamaannya), menjadi inspirasi terselubung bagi sahabatku ini. Kisah ini yang menjadi sumber semangat baginya untuk belajar membuat masakan dengan tangannya sendiri bagi suami dan anaknya selama di Amsterdam. Sbg seorang anak mantan pejabat di Indonesia, sangatlah wajar jika ia banyak melalui kehidupan yang serba berkecukupan dengan pembantu berderet. Dan sebagai anak metropolitan, pun suatu hal yang lumrah bagi kami, baru belajar membedakan bawang merah dan bawang putih setelah akad nikah.....

Apa rahasia dibalik semua ini?Adalah keikhlasan menjalankan peran dengan meyakini sepenuh hati bahwa setiap langkahnya dan gerakannya adalah ibadah, yang akan menjadi sumber energi yang sangat luar biasa bagi keberhasilan suami dan kedua putranya. Sahabatku telah membuktikan, bahwa keberhasilan suaminya mencapai puncak karier, tak terlepas dari kehadiran sahabatku ini dibelakang layar. Aku sangat yakin, keberhasilan suaminya tidak terlepas dari perannya sebagai “sparing partner” yang sangat handal bagi suami nya,sehingga selain pengabdiannya dalam urusan rumah tangga, ia pun bisa menjadi teman diskusi pada saat suami nya sdg menghadapi masalah berat dikantor, (karena mereka sama2 memiliki latar belakang sbg bankers).

Lagi2 aku merenungi langit kamarku, apa yang telah aku lakukan dan abdikan untuk suami dan anak-anakku?

Syukurku tak habis aku panjatkan kehadirat illahi yang telah memberi aku seorang suami dan anak-anak yang begitu ikhlas memberikan izin dan dorongan bagiku dalam menempuh jenjang demi jenjang berbagai pendidikan yang telah aku tempuh.... Namun, aku senantiasa menyadari dengan sepenuh hati, surgaku sesungguhnya tidak terletak pada berbagai gelar yang telah kuraih dan berbagai jabatan yang sedang aku emban saat ini, melainkan pada ridho suami dan kebahagiaan anak-anakku.

Aku merenung betapa sangat kurangnya energi yang aku miliki telah aku curahkan bagi keberhasilan suami dan anak-anakku sebagaimana yang telah dilakukan sahabatku ini. Keberhasilan suamiku dan prestasi anak-anakku sangat aku yakini semata-mata karena kasih sayang Allah semata dalam memberikan yang terbaik bagi mereka. Aku hanya mengandalkan kekuatan komunikasi dan doa sebagai sarana menyalurkan energi penuh kasihku bagi suami dan anak-anakku, yang aku yakini sangat kurang dan jauh dari mencukupi sebagaimana yang telah dilakukan sahabatku ini. Aku hanya bisa mempersembahkan setiap lantunan tadarusku dan dzikirku bagi suami dan anak-anakku tersayang, selain kupersembahkan kepada almarhum papi tercinta, almarhum mamak dan bapak tekasih (kedua mertuaku) dan mami tercinta.

Aku senantiasa memohon ampun kepada illahi robbi, agar aku melakukan semua amanah ini bukan dilandasi oleh ambisi dunia yang hanya menjerumuskan aku ke neraka yang abadi kelak, tetapi karena menyadari bahwa aku diberi “amanah lebih” dari Allah swt. Aku senantiasa memohon kepada Allah agar aku senantiasa mendapat hidayah untuk senantiasa menyadari bahwa amanah yang utama dari sekian banyak amanah yang aku emban saat ini, adalah dalam memberikan pengabdian yang tulus dalam memberikan kasih sayangku yang seutuhnya bagi suami dan anak-anakku.

Terima kasih Santi, kebersamaan kita selama 2 hari, telah memberikan pembelajaran yang sangat berarti bagiku...agar aku senantiasa menyadari tugas utamaku....tapi percayalah setiap hasil keringat yang aku terima, juga aku niatkan untuk meringankan beban suamiku dalam menyiapkan bekal studi anak-anakku yang sudah di depan mata, karena satu demi satu anak-anakku akan memasuki bangku kuliah yang sangat mahal biayanya di negri kita tercinta ini.....

Sepulangku kelak, semoga aku lebih bisa menyalurkan energiku kepada suami dan anak2 ku sebagaimana yang telah kamu persembahkan untuk chairy dan kedua jagoanmu......

Terima kasih ya Allah untuk tadabur alam menjadi istri dan ibu yang sejati.....

Tidak ada komentar: