Senin, 22 September 2008

SATO-san

SATO-san...

Hukum Karma, apakah ada dalam hidup ini? Sebagai seorang penganut agama Islam, maka jelas dalam fiqih tidak terdapat aturan yang menjelaskan tentang sebuah hukum karma sebagaimana yang dianut oleh saudara kita dari ummat Hindu.

Namun mamiku tercinta, yang senantiasa memberikan kehangatan dan doanya dalam setiap desah nafas dan detak jantungku, serta senantiasa memberiku semangat di kala langkahku menjuntai lunglai dengan beratnya persoalan hidup ini, selalu mengingatkan kami anak-anaknya agar banyak berbuat baik ke sesama serta banyak memberikan pertolongan kepada siapa saja yang membutuhkan dengan semat-mata untuk mencari ridho Allah semata. “Karena kebaikan kita saat ini, kelak akan berimbas kepada anak-anak kita secara tidak langsung” demikian nasehat bijak yang senantias mengalir dari bibirnya yang senantiasa tidak pernah lepas dari dzikrullah....

Pikiranku melayang pada kejadian di penghujung tahun 99, ketika anak-anakku tiba dari Bogor, seketika diriku gamang, sanggupkah aku yang sedang menempuh studi di negri orang, mengasuh ketiga anakku yang berusia SD kebawah? Saat itu suamiku belum menyusul ikut tinggal bersama kami, dan mamiku hanya mengantar dan dapat tinggal satu bulan karena keterbatasan visa.

Kegamangan diriku kuserahkan sepenuhnya kepada Allah SWT, yang aku tahu tidak akan menyia-nyiakan hambaNya yang menyerahkan seluruh langkah hidupnya di dalam genggaman Nya.... Dan beberapa hari kemudian, tetanggaku,seorang gadis Jepang yang telah berumur, keluar dari kamar yang senantiasa tertutup rapat, pada suatu pagi dimana si bungsu Abyan sedang berjalan menuruni tangga untuk berangkat menuju penitipan anak. Perkenalan tak terduga pun berlangsung sebagaimana pada umumnya ketika saya berkenalan dengan orang baru.

Namun, unforgetable, malam hari ketika saya pulang dari kampus dalam keadaan yang sangat letih dan rasanya tidak memiliki energi tersisa untuk membuat penganan makan malam anak2ku, aku dikejutkan dengan ungkapan gembira ketiga anak2ku yang menceritakan perut mereka yang sudah kenyang. Mereka dengan gembiranya menyebut nama –Sato- san, orang sebelah yang kenalan tadi pagi bun,,,celoteh si bungsu. Jadi bunda tidak usah masak lagi....dan akupun terlelap dalam pelukan anak2ku tercinta.

Singkat cerita, hingga aku menamatkan sekolahku 2 tahun kemudian, aku tak akan pernah dapat melupakan jasa Sato-san, yang telah menjadi ibu kedua bagi anak2 ku selama kami tinggal di Tokyo. Aku bisa dapat menyelesaikan studi tepat waktu, karena aku tidak lagi memiliki kekhawatiran tentang anak2 ku karena udon panas atau nasi cyanghai akan siap pada makan malam untuk para jantung hatiku, ketika beliau melihat aku belum tiba karena sedang bekerja keras di lab kampus.

Pada malam terakhir kami di Tokyo, aku tak dapat menahan isak untuk berpisah dengan Sato-san, yang saat ini sudah almarhumah. Tanpa sadar saya bertanya pada diri sendiri, “kenapa ya ada orang sebaik Sato san yang hadir dalam kehidupan kita?” suamiku yang berbaring disisiku, berbisik dengan lembut....”karena mami orang yang baik dan suka menolong orang, sekarang bunda menerima balasan kebaikan mami tersebut melalui Sato san”. Aku tertegun dengan ucapan suamiku yang sangat“dalam” yang menggambarkan realitas hidup, betapa pemurahnya ibundaku tercinta....dan aku menikmati kebaikan mami tersebut dengan banyak menerima pertolongan dari orang ketika aku sangat membutuhkannya dalam perjuangan hidup menempuh sekolah di negeri Sakura....

Sebaliknya, ketika ada kerabat yang harus mengalami hidup yang sangat berat dan mengalami perputaran hidup sebanyak 180 derajat, lagi2 aku bertanya kepada mamiku “kenapa ya mam, dia mengalami cobaan hidup yang sangat berat?” ibuku hanya menjawab lirih, “itu lah nak, kalau kalian mau anakmu selamat, banyak2 lah meringankan penderitaan orang lain, banyak2 lah memberi pertolongan dan kebahagiaan kepada orang yang membutuhkan, serta ringankan lah langkahmu untuk berbuat amal dan bersedekah” Kerabatmu itu menuai kekikiran sang bundanya, yang terkenal sangat enggan untuk meringankan penderitaan orang lain dan tertutup pintu rumah dan mata hatinya untuk memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan.

Lagi-lagi saya merenung, ternyata benar ungkapan hadist yang menyatakan, ada kalanya Allah akan menyegerakan balasan di dunia kepada hambaNya, baik dengan amalnya maupun dengan kekikiran hatinya dalam meringankan penderitaan orang lain. Seketika aku dan kakak2ku berlomba-lomba berbuat kebaikan, karena kami menyadari bahwa Allah menyayangi hamba Nya yang pemurah dan penolong.

Sehingga walau tidak ada konsep Karma dalam Islam, namun ilustrasi diatas semoga dapat membuka mata hati kita, bahwa kita sebagai orang tua harus senantiasa berbuat kebaikan karena Allah semata, agar insya allah kelak anak kita akan bisa menerima balasan kebaikan kita dari sato san....sato san ..... lain yang akan datang tanpa diduga sebagaimana peristiwa kami di Tokyo.....

1 komentar:

hasyim Blog mengatakan...

jelas nga ada bu dosen itu pasti yang ada adalah hukum ALLAH.swt