Minggu, 17 Agustus 2008

MERDEKA !!!

Hari ini, setiap orang memiliki persepsi yang berbeda tentang arti sebuah kemerdekaan. Bagi sepupuku yang harus kehilangan ayahnya ketika ia masih bayi merah (karena hilang entah berantah ketika berjuang untuk sebuah "kemerdekaan"), maka hari ini merupakan hari yang menyedihkan, karena untuk sebuah "kemerdekaan", ia harus kehilangan dan tidak bisa merasakan kasih sayang seorang ayah seumur hidupnya. Sementara itu, bagi ibu ku yang hampir berusia 75 tahun, hari ini merupakan hari penuh nostalgia, karena ketika "kemerdekaan" belum tercapai, ia dan kakak2 perempuannya harus di ungsikan ke tempat2 tersembunyi agar tidak menjadi korban pelampiasan nafsu buas tentara2 Jepang. Dan sekian ribu orang memiliki persepsi dan arti yang beragam akan arti sebuah "Kemerdekaan"

Sementara apa arti kemerdekaan bagi seorang diriku?
Kemerdekaan sebuah bangsa adalah kebebasan kita dari ketergantungan bangsa dan orang asing. Tidak hanya kebebasan dari penjajahan fisik, tetapi juga kebebasan dalam mengisi kemerdekaan itu sendiri.

Sebagai pengajar, saya akan merasa merdeka, ketika untuk penelitian dan bahan pengajaran saya, saya bisa berdikari dan tidak tergantung pada uang riset hasil hibah dari negara lain. Saya akan merasa merdeka, ketika terjadi kolaborasi riset antara peneliti Indonesia dan peneliti asing, maka kita dapat duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan peneliti asing. Kita bukan partner yang hanya menjadi guide atau "pengantar tamu" ketika peneliti asing itu sedang riset di negri kita tercinta, tetapi, kita juga menjadi partner dalam menentukan arah riset dan dapat memberikan masukan konstruktif dan menjadi "key person" pula. Banyak fakta yang menyebutkan, bahwa murid Indonesia yang sedang tugas belajar di Amerika, Eropa, dan Jepang, adalah murid2 unggulan yang dapat disejajarkan dengan mahasiswa lokal disana.

Perbedaannya adalah pada "starting Point" yang berbeda saja. Amunisi yang kita terima di bangku SD, SMP dan SMA, maupun S1 kita berbeda dengan apa yang diterima oleh mahasiswa Jepang atau Amerika. Saya yakin, ketika kita di tempatkan pada starting point yang sama, maka kita pun tidak akan merasa "kurang" dari mereka. Karena itu, pada hari kemerdekaan ini saya sangat bersyukur dengan "berhasilnya" perjuangan untuk meng-gol-kan anggaran pendidikan sebesar 20 % (yang disampaikan dalam pidato Presiden, 16-08-08). Artinya upaya kita untuk
merdeka yang sesungguhnya dapat kita raih sedikit demi sedikit.

Saya sangat bangga ketika seorang dosen muda lanskap IPB, memperoleh beasiswa Dirjen Dikti untuk berangkat studi S2 di German pada bulan September kelak. Kebanggaan saya ini melebihi kebanggan diri saya karena saya berangkat studi atas beasiswa Mombusho. Dalam persepsi saya, maka "dosen muda itu jauh lebih merdeka dari diri saya".....!!!

Mudah2 an dengan meningkatnya anggaran pendidikan, maka akan semakin banyak lagi anak2 yang dapat meraih pendidikan yang lebih baik. Karena sesungguhnya kemajuan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan dari rakyatnya. Kita juga berharap dengan meningkatnya anggaran pendidikan ini, kita tidak akan lagi melihat lagi murid2 SD dipelosok desa yang harus belajar dalam atap berlobang atau bangku reyot, atau bahkan akan kita lihat dosen-dosen muda yang berangkat ke manca negara dengan beasiswa dr Mendiknas Indonesia!!

Untuk itu aku senantiasa bernasehat pada diriku dan anak2ku, agar kita dapat mengisi kemerdekaan ini dengan belajar yang tekun serta kerja keras, karena saya yakin nasib suatu bangsa tidak akan berubah, jika tidak ada usaha dari anak bangsa itu untuk belajar dengan tekun, kerja keras dengan penuh dedikasi, dengan senantiasa menjunjung tinggi nilai integritas "kebenaran dan kejujuran".

"MERDEKA"

Jumat, 08 Agustus 2008

Apa itu Urban Landscape?

Di akhir bulan Maret 2002, dalam perjalanan dari Cengkareng ke rumah mami ku di Jakarta, sayup-sayup, saya yang hampir tertidur lelap di mobil dalam suasana kekeluargaan yang sangat hangat(suasana yang sangat kami rindukan!!!), kami mendengar dialog kedua anak laki-laki ku dalam bahasa Jepang mereka yang sangat fasih.... Si adik bertanya kepada sang kakak, "Kak, kenapa ya tanaman di sepanjang jalan tol ini warnanya hijau semua? padahal kalau di Tokyo kan, ketika musim semi tiba seperti cuaca saat ini, warna-warni bunga akan bermunculan dengan cantiknya kan?" (penghujung bulan Maret merupakan saat yang sangat dinantikan oleh penduduk Jepang, karena pada awal April di Tokyo bunga Sakura bermekaran dengan sangat indahnya hampir diseluruh pelosok kota Tokyo). Sang kakak menjawab dengan mantap nya "wah kalau tanaman berbunga kan perlu perawatan dan penanganan yang lebih dibandingkan dengan tanaman hijauan? Disamping itu harus disiram dengan teratur?" Adiknya menjawab kembali "Jadi berarti orang Indonesia "malas" ya? Sang kakak terkesima dengan pertanyaan adiknya "Kenapa kamu bilang orang Indonesia "malas" nggak juga koq !, lalu adiknya menjawab kembali, " lha iya dong kak, orang Indonesia pemalas, buktinya mereka cuma mau menanam tanaman hijau saja, sehingga mereka gak perlu capek-capek menyiram dan merawat tanaman", artinya orang-orang Indonesia gak mau repot kan? artinya orang Indonesia malas menyiram kan? Padahal kalau ada bunga-bunga diantara pohon-pohon hijau ini, Indonesia akan lebih Indah???.... Kami semua terkesima mendengar dialog kedua putra saya yang sibuk membahas tentang negriku tercinta, ketika belum genap satu hari mereka menginjakkan kaki di Jakarta, setelah ikut tinggal di Tokyo selama 2,5 tahun. Ternyata sense Urban landscape telah dimiliki secara alamiah oleh setiap insan manusia, walau ia belum pernah menginjakkan kakinya dibangku kuliah Arsitektur Landscape dan mendapatkan mata kuliah Urban Landscape, sebagaimana dialog kedua putra saya yang sudah dapat menilai betapa cantiknya jalan tol jika dihiasi pula dengan tanaman berbunga, tidak hanya pohon hijau....

Apa itu Urban Landscape? simak next posting yah......!!!